Di
tengah banyak kasus yang menerpa jamaah ini, aku merasa semakin kuat. Merasakan
bahwa jamaah ini adalah jamaah yang indah, ukhuwah, ketsiqohan para kadernya
subhanallah sungguh luar biasa. Semakin kencang angin yang menerpa seolah
akar-akarpun semakin kuat menancapkan diri ke sela-sela bumi. Semoga Angin
kencang ini menjadi awal perubahan besar di Indonesia sebagaimana yang telah
terjadi di Turki dan Mesir.
Sekejab
diri ini teringat ketika pertama kali melihat jamaah ini dengan posisi berada di
luar jamaah. Suasana yang Indah penuh ukhuwah, udara panas pun terhapuskan oleh
pesona-pesona shalih nan menyejukan jiwa. Decap kagum membawa pada doa-doa “Ya
Allah aku ingin seperti mereka suatu saat nanti.”
CELUPAN
PART 1, Berawal ketika memasuki sebuah kampus kecil di kota Angling Darma.
Membawa pada sebuah aktivitas di kelompok paduan suara kampus. Di tahun pertama
kuliah, kelompok paduan suara kami mendapat job dari DPD PKS Bojonegoro untuk
menjadi paduan suara dalam acara Milad PKS tahun 2010. Beberapa hari hari kami
berlatih menyanyikan mars PKS tanpa ada keinginan untuk meresapi maknanya,
itulah sebabnya kami agak kesulitan mempelajari mars ini karena kami
menyanyikannya “tidak memakai hati.”
Sampai
pada hari H, kami tampil masih dengan pakaian jahiliyah (celana dan baju ketat)
biarpun sudah melilitkan kain di kepala. Aku merasa tersentil hari itu, melihat
anak-anak kecil yang tampak amat tekun menjaga auratnya, kami yang telah dewasa
justru tampil fulgar. Mereka para ummahat, gadis kecil maupun yang lainnya tak
mengatakan apapun pada kami, tapi sungguh hari itu adalah titik awal hidayah
menyapa hatiku. Tak sedikitpun pakaian dan kerudung besar yang mereka kenakan
mengurangi keanggunan mereka. Suasana akrab saling peluk diantara mereka
melukiskan keindahan ukhuwah. Seolah menjelaskan padaku inilah islam yang
sesungguhnya. Dan ketika itulah tanpa sadar aku berkata pada teman yang duduk
disampingku “Suatu saat aku ingin seperti mereka, Ya Allah Kabulkanllah.” Lalu
ia menjawab, “ya, indah sekali aku juga ingin seperti mereka.”
Hari
berlalu seperti biasa, beberapa bulan berlalu tanpa ada perubahan besar yang
terjadi pada diriku. Aku seolah lupa dengan doa yang aku panjatkan di acara
milad PKS itu, tapi Allah tidak lupa dengan doa itu. Suatu hari kita berkunjung
ke suah taman baca, aku menemukan sebuah buku luar biasa, yang membuatku ingat
dengan sebuah doa yang pernah kupanjatkan. CELUPAN PART 2, Buku berjudul “Smart
Love, Jurus Jitu Mengelola Cinta” karya seorang pengurus FLP, semoga penulisnya
mendapat pahala berlipat atas apa yang ia tuliskan. Dalam buku itu dijelaskan
bahwa cinta sejati adalah cinta Allah. Aku brusaha mengamalkan isi buku itu
sebaik-baiknya.
Hingga
tiba pada CELUPAN PART 3, seusai sholat dhuhur di mushala kampus, kebetulan
berjamaah dengan salah seorang dosen. Seusai sholat Dosen tersebut menawarkan
untuk mengikuti acara tafakur alam di Pacet, Mojokerto.
“Tafakur
alam itu apa sih bu?” tanyaku pada beliau.
“Udah
ikut aja nanti tahu, acaranya syik kok,” jawab beliau dengan senyum ramah.
Setelah
sejenak berfikir, dan beliau terus memaksa akhirnya aku mengiyakan. Dengan
pertimbangan karena sungkan dengan beliau, karena beliau adalah salah satu
dosen yang amat aku segani. Lalu beliau menghubungkanku dengan panitia acara
tersebut.
Dan
inilah titik tolak hidayah itu datang, Alhamdulillah. Acara dua hari satu malam
itu adalah sebuah acara yang luar biasa. Tausyiah-tausyiah yang sederhana namun
menggetarkan hati aku dapatkan di acara itu. Hujan, dingin, bahkan masuk angin
tidak menyurutkan pada ustad dan ustadzah uktuk memberikan getaran-getaran
ruhani pada peserta tafakur alam itu. Mulai saat itu terus bertanya pada mbak
pendamping “kenapa sih mbak haruspake jilbab? Kenapa pake kaus kaki? Kenapa
jilbabnya harus besar? Kalo di omongin orang gara-gara pakaian kita gimana?”
dan berderet pertanyaan lainnya. Mereka tak pernah bosan menjawab
pertanyaan-pertanyaanku. Mereka jawab dengan penuh sabar dan keikhlasan.
Aku
pulang membawa sesuatu yang sangat besar dan berharga bagiku. Aku berusaha
merealisasikan semua itu. Dan masih terus bertanya-tanya tentang semua yang
tidak aku pahami pada mbak pendamping.
Berlanjut
celupan part 3 belum selesai, 2 pekan setelah acara panitia tafakur alam
mengumpulkan kami dalam sebuah acara Rujak Party. Dan membagi kami dalam kelompok-kelompok
halaqoh. Aku semakin antusias belajar agama.
Halaqoh
setiap pekan membuatku semakin gigih melakukan perubahan-perubahan. Mulai dari
ukuran jilbab, kaus kaki, dari celana jeanske celana kain, dari kaos ketat ke
baju longgar, hingga dalam waktu yang cukup lama akhirnya bisa memakai rok
pertama, yang tadinya tak pernah memiliki rok. Bahkan ketika pertama mengenakan
rok kakak berkata “lho, itu kan roknya Mbah Jah kok kamu pake?” sebagai bentuk
olok-olok bahwa rok hanya dipake oleh mbah-mbah (wanita yang sudah tua).
Sesampainya di kampus seorang teman berkata “wah, bu haji..” mungkin saking
kagetnya karena seumur-umur aku tak pernah memakai rok, bahkan pakaianku sangat
ketat sekali membalut tubuh, Astagfirrullah.
Olok-olokan
keluarga dan teman-teman itu tak seberapa bila dibandingkan dengan
proses-proses selanjutnya. Ketika mulai mengamalkan ilmu-ilmu yang lainnya.
Seperti tidak berjabat tangan dengan yang bukan muhrim, ketika itulah tantangan
semakin berat karena teman-teman justru menjauh dan bersikap asing. Tapi
syukurlah murobbiku selalu memberikan motivasi-motivasi yang luar biasa hingga
aku tetep bisa bertahan walau dengan berbagai macam gonggongan anjing.
Terimakasih murrobiku..
Detik
terus berlalu, hari berganti, tahunpun bertambah, aku merasa semakin erat
bersama jamaah ini. Walau pada awalnya agak sensi dengan yang namanya partai,
kini aku sudah siap untuk berlari bersama partai membawa pada kejayaan islam.
Dan aku yakin, semua kebetulan-kebetulan yang terjadi, misalnya kebetulan menjadi
tim paduan suara di acara milad PKS, kebetulan menemukan buku Smart Love, dan
kebetulan sholah jamaah bersama dosen. Itu semua bukan merupakan sebuah
kebetulan, melainkan sebuah proses yang Allah rencanakan untuk aku lalui agar
mampu meraih hidayah ini. Merupakan sebuah jawaban atas doa-doa yang sering aku
panjatkan “ya Allah berikanlah hidayahmu, terangi jiwaku dengan cahaya
rahmatMu.” Doa yang selalu kupanjatkan sejak aku paham pentingnya sholat 5
waktu (kira-kira kelas 2 SMA) dan Allah mengabulkannya sekarang. Wallahualam
Bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar