Jumat, 19 Desember 2014

CELUPAN-CELUPAN HIDAYAH



Di tengah banyak kasus yang menerpa jamaah ini, aku merasa semakin kuat. Merasakan bahwa jamaah ini adalah jamaah yang indah, ukhuwah, ketsiqohan para kadernya subhanallah sungguh luar biasa. Semakin kencang angin yang menerpa seolah akar-akarpun semakin kuat menancapkan diri ke sela-sela bumi. Semoga Angin kencang ini menjadi awal perubahan besar di Indonesia sebagaimana yang telah terjadi di Turki dan Mesir.
Sekejab diri ini teringat ketika pertama kali melihat jamaah ini dengan posisi berada di luar jamaah. Suasana yang Indah penuh ukhuwah, udara panas pun terhapuskan oleh pesona-pesona shalih nan menyejukan jiwa. Decap kagum membawa pada doa-doa “Ya Allah aku ingin seperti mereka suatu saat nanti.”
CELUPAN PART 1, Berawal ketika memasuki sebuah kampus kecil di kota Angling Darma. Membawa pada sebuah aktivitas di kelompok paduan suara kampus. Di tahun pertama kuliah, kelompok paduan suara kami mendapat job dari DPD PKS Bojonegoro untuk menjadi paduan suara dalam acara Milad PKS tahun 2010. Beberapa hari hari kami berlatih menyanyikan mars PKS tanpa ada keinginan untuk meresapi maknanya, itulah sebabnya kami agak kesulitan mempelajari mars ini karena kami menyanyikannya “tidak memakai hati.”
Sampai pada hari H, kami tampil masih dengan pakaian jahiliyah (celana dan baju ketat) biarpun sudah melilitkan kain di kepala. Aku merasa tersentil hari itu, melihat anak-anak kecil yang tampak amat tekun menjaga auratnya, kami yang telah dewasa justru tampil fulgar. Mereka para ummahat, gadis kecil maupun yang lainnya tak mengatakan apapun pada kami, tapi sungguh hari itu adalah titik awal hidayah menyapa hatiku. Tak sedikitpun pakaian dan kerudung besar yang mereka kenakan mengurangi keanggunan mereka. Suasana akrab saling peluk diantara mereka melukiskan keindahan ukhuwah. Seolah menjelaskan padaku inilah islam yang sesungguhnya. Dan ketika itulah tanpa sadar aku berkata pada teman yang duduk disampingku “Suatu saat aku ingin seperti mereka, Ya Allah Kabulkanllah.” Lalu ia menjawab, “ya, indah sekali aku juga ingin seperti mereka.”
Hari berlalu seperti biasa, beberapa bulan berlalu tanpa ada perubahan besar yang terjadi pada diriku. Aku seolah lupa dengan doa yang aku panjatkan di acara milad PKS itu, tapi Allah tidak lupa dengan doa itu. Suatu hari kita berkunjung ke suah taman baca, aku menemukan sebuah buku luar biasa, yang membuatku ingat dengan sebuah doa yang pernah kupanjatkan. CELUPAN PART 2, Buku berjudul “Smart Love, Jurus Jitu Mengelola Cinta” karya seorang pengurus FLP, semoga penulisnya mendapat pahala berlipat atas apa yang ia tuliskan. Dalam buku itu dijelaskan bahwa cinta sejati adalah cinta Allah. Aku brusaha mengamalkan isi buku itu sebaik-baiknya.
Hingga tiba pada CELUPAN PART 3, seusai sholat dhuhur di mushala kampus, kebetulan berjamaah dengan salah seorang dosen. Seusai sholat Dosen tersebut menawarkan untuk mengikuti acara tafakur alam di Pacet, Mojokerto.
“Tafakur alam itu apa sih bu?” tanyaku pada beliau.
“Udah ikut aja nanti tahu, acaranya syik kok,” jawab beliau dengan senyum ramah.
Setelah sejenak berfikir, dan beliau terus memaksa akhirnya aku mengiyakan. Dengan pertimbangan karena sungkan dengan beliau, karena beliau adalah salah satu dosen yang amat aku segani. Lalu beliau menghubungkanku dengan panitia acara tersebut.
Dan inilah titik tolak hidayah itu datang, Alhamdulillah. Acara dua hari satu malam itu adalah sebuah acara yang luar biasa. Tausyiah-tausyiah yang sederhana namun menggetarkan hati aku dapatkan di acara itu. Hujan, dingin, bahkan masuk angin tidak menyurutkan pada ustad dan ustadzah uktuk memberikan getaran-getaran ruhani pada peserta tafakur alam itu. Mulai saat itu terus bertanya pada mbak pendamping “kenapa sih mbak haruspake jilbab? Kenapa pake kaus kaki? Kenapa jilbabnya harus besar? Kalo di omongin orang gara-gara pakaian kita gimana?” dan berderet pertanyaan lainnya. Mereka tak pernah bosan menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Mereka jawab dengan penuh sabar dan keikhlasan.
Aku pulang membawa sesuatu yang sangat besar dan berharga bagiku. Aku berusaha merealisasikan semua itu. Dan masih terus bertanya-tanya tentang semua yang tidak aku pahami pada mbak pendamping.
Berlanjut celupan part 3 belum selesai, 2 pekan setelah acara panitia tafakur alam mengumpulkan kami dalam sebuah acara Rujak Party. Dan membagi kami dalam kelompok-kelompok halaqoh. Aku semakin antusias belajar agama.
Halaqoh setiap pekan membuatku semakin gigih melakukan perubahan-perubahan. Mulai dari ukuran jilbab, kaus kaki, dari celana jeanske celana kain, dari kaos ketat ke baju longgar, hingga dalam waktu yang cukup lama akhirnya bisa memakai rok pertama, yang tadinya tak pernah memiliki rok. Bahkan ketika pertama mengenakan rok kakak berkata “lho, itu kan roknya Mbah Jah kok kamu pake?” sebagai bentuk olok-olok bahwa rok hanya dipake oleh mbah-mbah (wanita yang sudah tua). Sesampainya di kampus seorang teman berkata “wah, bu haji..” mungkin saking kagetnya karena seumur-umur aku tak pernah memakai rok, bahkan pakaianku sangat ketat sekali membalut tubuh, Astagfirrullah.
Olok-olokan keluarga dan teman-teman itu tak seberapa bila dibandingkan dengan proses-proses selanjutnya. Ketika mulai mengamalkan ilmu-ilmu yang lainnya. Seperti tidak berjabat tangan dengan yang bukan muhrim, ketika itulah tantangan semakin berat karena teman-teman justru menjauh dan bersikap asing. Tapi syukurlah murobbiku selalu memberikan motivasi-motivasi yang luar biasa hingga aku tetep bisa bertahan walau dengan berbagai macam gonggongan anjing. Terimakasih murrobiku..
Detik terus berlalu, hari berganti, tahunpun bertambah, aku merasa semakin erat bersama jamaah ini. Walau pada awalnya agak sensi dengan yang namanya partai, kini aku sudah siap untuk berlari bersama partai membawa pada kejayaan islam. Dan aku yakin, semua kebetulan-kebetulan yang terjadi, misalnya kebetulan menjadi tim paduan suara di acara milad PKS, kebetulan menemukan buku Smart Love, dan kebetulan sholah jamaah bersama dosen. Itu semua bukan merupakan sebuah kebetulan, melainkan sebuah proses yang Allah rencanakan untuk aku lalui agar mampu meraih hidayah ini. Merupakan sebuah jawaban atas doa-doa yang sering aku panjatkan “ya Allah berikanlah hidayahmu, terangi jiwaku dengan cahaya rahmatMu.” Doa yang selalu kupanjatkan sejak aku paham pentingnya sholat 5 waktu (kira-kira kelas 2 SMA) dan Allah mengabulkannya sekarang. Wallahualam Bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar