Aku lho
gak sakit di paksa minum obat, beliau bilang aku kelihatan mau kena flu..
padahal aku gak papa, misal mau kena flu kan pasti aku ngerasa kurang enak
badan dll. Tapi hari ini aku merasa baik-baik saja bu..
Tapi apa
daya ibuku tetap memaksaku meminum benda padat kecil yang pahit itu, benda yang
paling kubenci. Tapi untungnya kali ini ibu tak membuntutiku dan tak duduk
dihadapanku , itu artinya beliau tak memastikan obat telah ku minum.
Maafkan
aku bu, aku tidak bermaksud membohongimu, tapi aku hanya tak suka dengan benda
pahit itu, lagi pula aku sehat-sehat saja, aku tidak sakit. Aku terpaksa
membohongimu, ku bilang padamu obat telah ku minum, padahal hanya ku selipkan
di saku bajuku.
Malam pun
tiba, waktu untuk melepas lelah, merebahkan tubuh ke ranjang sederhana yang
cukup nyaman bagiku. Tampak ibu menempelkan telapak tangannya ke dahiku,
sepertinya ia tengah memastikan suhu badanku deman atau tidak. Seraya berkata,
“tuh kan setelah minum obat langsung turun demamnya.” Oh ibu, maafkan aku, tapi
obatnya tak ku minum dan suhu badanku normal dari tadi karena aku memang tak
sakit. Tapi aku tak kuasa mengatakan kalau obat yang ia berikan tak
kuminum. Aku tahu hanya kecewa dan marah
yg akan kau rasakan jika aku mengatakan yang sebenarnya.
Lelap pun
menyapa, aku terlelap dalam pelukkan mu di ranjang sederhana di sudut rumah. Di
usiaku yang menginjak 20 tahun, ibu masih saja memanjaku seolah masih balita.
Terlebih lagi 2 tahun ini aku aku tak pernah lama ada di rumah. Menuntut ilmu
di kota memaksaku untuk meninggalkanmu yang hanya menyisakan waktu sehari dua
hari dirumah. Mungkin itu alasanmu mengapa kau begitu memanjaku tiap kali aku
pulang.
Fajarpun
tiba. Lagi-lagi ibu tak membangunkanku, ia telah bangun sebelum subuh untuk
kembali sibuk dalam rutinitasnya bersama pekerjaan rumah. Ketika subuh tiba,
aku baru terbangun, dan kulihat masakanmu hamper matang, lantas kau bangun jam
berapa bu? Mengapa kau tak membangunkanku?
“kelihatannya
kau lelah sekali, jadi aku tak tega membangunkanmu, kupikir kau lebih baik
istirahat saja, kalau sudah subuh baru mau kubangunkan, eh belum kubangunkan
kau sudah bangun ternyata.” Jawab ibu masih sibuk dengan pisau dan sayurannya.
Malu,
sungguh malu. Aku sungguh terharu dengan jawabanmu bu, itu membuatku malu
padamu. Sejak aku balita hingga usiaku mencapai kepala dua, masih saja kau yang
melayaniku. Harusnya ini waktuku untuk sedikit membalas budimu dengan melayani
kebutuhanmu. Aku teringat kemarin sore kau yang telah merapikan kamar tidur
untukku. Oh aku sungguh egois. Aku sungguh tak tau diri, tak pernah sadar akan
kasihmu yang luar biasa, yang lautan dan gunung-gunung pun tak dapat
menggambarkan besarnya kasihmu.
Besambung…..
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar