Selasa, 27 November 2012

Cinta membuat Ibuku over protektif


Aku lho gak sakit di paksa minum obat, beliau bilang aku kelihatan mau kena flu.. padahal aku gak papa, misal mau kena flu kan pasti aku ngerasa kurang enak badan dll. Tapi hari ini aku merasa baik-baik saja bu.. 
Tapi apa daya ibuku tetap memaksaku meminum benda padat kecil yang pahit itu, benda yang paling kubenci. Tapi untungnya kali ini ibu tak membuntutiku dan tak duduk dihadapanku , itu artinya beliau tak memastikan obat telah ku minum.  
Maafkan aku bu, aku tidak bermaksud membohongimu, tapi aku hanya tak suka dengan benda pahit itu, lagi pula aku sehat-sehat saja, aku tidak sakit. Aku terpaksa membohongimu, ku bilang padamu obat telah ku minum, padahal hanya ku selipkan di saku bajuku.
Malam pun tiba, waktu untuk melepas lelah, merebahkan tubuh ke ranjang sederhana yang cukup nyaman bagiku. Tampak ibu menempelkan telapak tangannya ke dahiku, sepertinya ia tengah memastikan suhu badanku deman atau tidak. Seraya berkata, “tuh kan setelah minum obat langsung turun demamnya.” Oh ibu, maafkan aku, tapi obatnya tak ku minum dan suhu badanku normal dari tadi karena aku memang tak sakit. Tapi aku tak kuasa mengatakan kalau obat yang ia berikan tak kuminum.  Aku tahu hanya kecewa dan marah yg akan kau rasakan jika aku mengatakan yang sebenarnya.
Lelap pun menyapa, aku terlelap dalam pelukkan mu di ranjang sederhana di sudut rumah. Di usiaku yang menginjak 20 tahun, ibu masih saja memanjaku seolah masih balita. Terlebih lagi 2 tahun ini aku aku tak pernah lama ada di rumah. Menuntut ilmu di kota memaksaku untuk meninggalkanmu yang hanya menyisakan waktu sehari dua hari dirumah. Mungkin itu alasanmu mengapa kau begitu memanjaku tiap kali aku pulang.
Fajarpun tiba. Lagi-lagi ibu tak membangunkanku, ia telah bangun sebelum subuh untuk kembali sibuk dalam rutinitasnya bersama pekerjaan rumah. Ketika subuh tiba, aku baru terbangun, dan kulihat masakanmu hamper matang, lantas kau bangun jam berapa bu? Mengapa kau tak membangunkanku?
“kelihatannya kau lelah sekali, jadi aku tak tega membangunkanmu, kupikir kau lebih baik istirahat saja, kalau sudah subuh baru mau kubangunkan, eh belum kubangunkan kau sudah bangun ternyata.” Jawab ibu masih sibuk dengan pisau dan sayurannya.
Malu, sungguh malu. Aku sungguh terharu dengan jawabanmu bu, itu membuatku malu padamu. Sejak aku balita hingga usiaku mencapai kepala dua, masih saja kau yang melayaniku. Harusnya ini waktuku untuk sedikit membalas budimu dengan melayani kebutuhanmu. Aku teringat kemarin sore kau yang telah merapikan kamar tidur untukku. Oh aku sungguh egois. Aku sungguh tak tau diri, tak pernah sadar akan kasihmu yang luar biasa, yang lautan dan gunung-gunung pun tak dapat menggambarkan besarnya kasihmu.
Besambung….. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar