![]() |
Ilustrasi, bukan gambar asli |
Menjadi tukang kebun tak membuatnya pesimis dan pasrah
pada takdir. Ia tak ingin keluarga terutama anak-anaknya kelak bernasip sama
dengannya. Itulah yang membuatnya mampu meluluskan kelima anaknya dari
perguruan tinggi ternama. Anak pertamanya sukses sebagai dosen. Yang kedua
sebagai pengacara. Hal ini dianggap mustahil akan terjadi pada keluarga tukang
kebun. Tapi ini nyata, biarpun keluarganya dikenal sebagai “keluarga kebon”, latar belakang keluarganya memang tukang kebun.
Berawal dari pamannya, lalu ia dan ketiga adiknya semua bekerja sebagai tukang
kebun di sebuah lembaga pendidikan.
Ketulusan dan kesabaranya dalam melayani serta menjaga
kebersihan kampus membuat banyak orang menyayangi dan begitu menghormatinya.
Biarpun hanya seorang tukang kebun, tapi dosen-dosen bahkan rektor universitas
sangat menghormatinya. Ia menjadi ibu bagi semua orang di kampus itu, mulai
dari mahasiswa, dosen hingga rektor. Tak
jarang ia memberikan petuah-petuah dan mengingatkan anak-anaknya (di kampus)
ketika ada hal yang salah, dan sebagian besar sangat menghargai nasihat
darinya. Salah satu mantan pembantu rektor di sana mengakui kelebihan Bu Ran yang sangat di hargai oleh orang-orang
disana. Dia mengungkapkan bahwa Bu Ran lah yang sering memberi masukan
kepadanya ketika dia masih menjabat sebagai pembantu rektor, dan itu amat
berharga baginya.
Dari sini, membuat orang semakin yakin bahwa Allahlah
Sang Khaliq Yang Maha Membolak-Balikan hati. Meski hanya tukang kebun yang
sering dipandang sebelah mata, tapi ia adalah sosok motivator yang hebat. Yang
mampu membakar semangat orang-orang untuk maju, termasuk saya termotivasi
darinya. Di balik kerudung yang menutupi rambut ubannya yang mulai merata di
seluruh bagian kepala, tampak keistiqomahannya dalam mencintai Rabbnya. Membuat
sejuk orang yang memandangnya dan orang yang berada di dekatnya. Kecintaannya pada Rabbnya telah
menumbuhkan kecintaan orang-orang di sekitarnya yang membuat setiap kata yang
keluar dari bibir kisutnya menjadi petuah berharga bagi orang lain.
Di usianya yang telah renta tak menyurutkan semangatnya
untuk terus mengabdikan sisa hidupnya dalam merawat dan menjaga kebersihan
kampus. Seiring senyum anggunnya menyapa dengan penuh sopan kerendahan hati.
Biarpun anak-anaknya telah sukses yang pastinya mampu menafkahinya tanpa ia
harus menjadi tukang kebun. Tapi ia tak mau
melepas pekerjaan mulianya. Melayani dengan penuh ketulusan hati.
Membuatnya memiliki kedudukan tersendiri dihadapan Rabbnya. Yang akhirnya
menumbuhkan kecintaan orang-orang disekitarnya dan juga membuat perkataanya
menjadi petuah berharga. Dialah sang motivator yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar